Belajar dari Kasus Bejo Sugiantoro, Apa Penyebab Kematian saat Olahraga

Belajar dari Kasus Bejo Sugiantoro, Apa Penyebab Kematian saat Olahraga

Legenda Persebaya Surabaya dan pelatih Deltras FC, Bejo Sugiantoro (47) meninggal dunia. Bejo diketahui meninggal dunia usai kolaps saat berlatih sepakbola bersama tim Rosita FC yang berisikan mantan pemain-pemain profesional.

Sebagaimana dikutip dari media nasional, Bejo Sugiantoro langsung diberikan pertolongan pertama begitu pingsan di lapangan sebelum akhirnya diboyong ke rumah sakit. Namun, nyawanya tak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit

Meninggal mendadak saat berolahraga, terutama pada aktivitas intensitas tinggi, merupakan kejadian tragis yang meski jarang, namun selalu mengejutkan dan menggugah banyak pertanyaan. Kondisi ini seringkali melibatkan individu yang tampak sehat dan bugar, membuat banyak orang bertanya-tanya mengapa hal ini bisa terjadi. Penyebab utama kematian mendadak saat berolahraga biasanya berkaitan dengan kondisi jantung yang tidak terdiagnosis, seperti kardiomiopati hipertrofik, aritmia jantung, dan penyakit jantung koroner. Selain itu, faktor-faktor eksternal seperti dehidrasi, kelelahan ekstrem, dan penggunaan suplemen atau doping juga dapat berkontribusi terhadap risiko ini.

Salah satu penyebab umum dari meninggalnya para atlet secara mendadak biasanya karena serangan jantung atau henti jantung mendadak. Hal ini dibuktikan dari sebuah penelitian medis yang menemukan bahwa kasus serangan jantung mendadak pada atlet profesional lebih tinggi daripada nonatlet. Berikut ini deretan kasus atlet yang meninggal mendadak di lapangan.

Beberapa kasus tragis melibatkan kematian mendadak atlet selama pertandingan olahraga menyoroti betapa pentingnya pemeriksaan kesehatan jantung yang baik dan kesiapan tim medis. Hank Gathers, pemain basket Loyola Marymount University, kolaps dan meninggal saat pertandingan pada tahun 1990 di usia 23 tahun. Marc-Vivien Foe, pemain sepak bola Kamerun, meninggal saat bertanding dalam Piala Konfederasi FIFA 2003 setelah kolaps di lapangan pada usia 28 tahun. Antonio Puerta, pemain sepak bola Sevilla, pingsan di lapangan pada tahun 2007 dan meninggal beberapa hari kemudian pada usia 22 tahun. Patrick Ekeng, pemain asal Kamerun, kolaps di lapangan selama pertandingan liga Rumania pada tahun 2016 di usia 26 tahun. Michael Goolaerts, seorang pembalap sepeda, mengalami serangan jantung dan terjatuh saat mengikuti Paris-Roubaix pada tahun 2018; ia segera dibawa ke rumah sakit tetapi meninggal beberapa jam kemudian pada usia 23 tahun. Kasus-kasus ini menunjukkan risiko serius yang dapat terjadi bahkan pada atlet yang terlihat sehat dan bugar.

Meninggal saat berolahraga bisa terjadi karena beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi fisik dan kesehatan seseorang, serta intensitas dan jenis olahraga yang dilakukan. Berikut adalah beberapa penyebab umum:

  1. Masalah Jantung (Henti Jantung Mendadak): Salah satu penyebab utama kematian mendadak saat berolahraga adalah henti jantung mendadak. Ini bisa disebabkan oleh kelainan jantung, seperti penyakit jantung koroner, gangguan irama jantung (aritmia), atau kelainan struktural pada jantung yang tidak terdeteksi sebelumnya.
  2. Penyakit Pembuluh Darah: Jika seseorang memiliki masalah dengan pembuluh darah, seperti penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah (misalnya stroke atau aneurisma), ini bisa menyebabkan kematian mendadak saat berolahraga. Aktivitas fisik yang berat dapat memperburuk kondisi ini.
  3. Infark Miokard (Serangan Jantung): Ketika suplai darah ke otot jantung terganggu, misalnya akibat penyumbatan pembuluh darah, bisa terjadi serangan jantung yang berujung pada kematian jika tidak segera ditangani.
  4. Dehidrasi dan Ketidakseimbangan Elektrolit: Berolahraga intens dalam cuaca panas tanpa cukup minum atau mengganti cairan tubuh yang hilang dapat menyebabkan dehidrasi. Hal ini bisa memengaruhi fungsi organ tubuh, termasuk jantung, dan berisiko menyebabkan kematian.
  5. Cedera Fisik: Cedera serius yang terjadi saat berolahraga, seperti patah tulang atau trauma pada organ vital, bisa menyebabkan perdarahan hebat atau kerusakan yang mengancam nyawa.
  6. Gangguan Sistem Pernafasan: Bagi seseorang dengan masalah pernapasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), berolahraga berat bisa memicu sesak napas berat yang mengarah pada kegagalan pernapasan.
  7. Overtraining (Latihan Berlebihan): Latihan yang terlalu intens dan tidak diselingi dengan waktu pemulihan yang cukup bisa menyebabkan kondisi medis serius, seperti kelelahan ekstrem, gangguan jantung, atau masalah metabolik.
  8. Kondisi Kesehatan Tersembunyi: Beberapa orang mungkin memiliki kondisi medis yang tidak terdiagnosis, seperti gangguan jantung bawaan atau kelainan metabolik, yang dapat terdeteksi hanya saat berolahraga. Olahraga berat bisa memicu gejala yang menyebabkan kematian mendadak.

Sebagai pencegahan, penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, terutama jika memiliki riwayat penyakit jantung atau kondisi medis lain yang berisiko. Selain itu, berolahraga dengan intensitas yang sesuai dengan kondisi tubuh dan memperhatikan asupan cairan sangat disarankan.


Periksakan kondisi tubuh Anda tetap bugar dengan screening awal Medical Check Up. Hubungi Rumah Sakit Wonolangan (Probolinggo) , Rumah Sakit Lavalette (Malang), Rumah Sakit Elizabeth ( Situbondo), dan Rumah Sakit Djatiroto (Lumajang)


Refensi : dikutip dari https://www.inaheart.org