Awas, Cacar Monyet (Monkeypox)
Saat angka kasus pandemi COVID-19 mulai menurun di seluruh dunia, WHO kembali menerima laporan mengenai kasus penyakit cacar monyet dari negara-negara non-endemi. World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia telah menetapkan penyakit cacar monyet sebagai darurat kesehatan dunia pada 14 Agustus 2024.
Mengutip dari laman kompas.com Ada 88 (kasus) sampai saat ini sejak 2022.
Apa itu Cacar monyet (monkeypox) ?
Cacar monyet (monkeypox) merupakan penyakit infeksi virus yang disebabkan oleh virus dengan genus orthopoxvirus. Virus cacar monyet ditemukan pada tahun 1958 saat dilakukan isolasi dari lesi vesikuloid pustular di antara monyet tawanan di Kopenhagen. Virus ini awalnya menular dari hewan ke manusia melalui cakaran atau gigitan hewan seperti tupai, monyet atau tikus yang terinfeksi, adanya kontak dengan orang atau hewan yang membawa virus monkeypox.
Cara Penularan
Transimisi virus dapat terjadi dari hewan ke manusia dan manusia ke manusia. Transmisi dari hewan ke manusia terjadi melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, lesi kulit, atau lesi mukosa pada hewan yang terinfeksi. Selain manusia, hewan yang menjadi host virus antara lain monyet, primata (gorila, simpanse, apes, orang utan), dan non-primata (kelinci, tikus, dan trenggiling).
Transmisi virus dari manusia ke manusia terjadi melalui kontak erat dengan sekret dan droplet saluran napas, lesi kulit manusia yang terinfeksi, atau benda yang terkontaminasi. Hal ini menyebabkan tenaga kesehatan atau orang serumah dengan penderita memiliki risiko tinggi tertular. Transmisi ibu-janin dapat terjadi melalui plasenta, sedangkan penularan melalui hubungan seksual belum diketahui
Apa saja gejala Cacar monyet (monkeypox) ?
1. Periode Inkubasi
Periode ini terjadi selama 4-21 hari dengan ratarata 6-16 hari. Pada periode ini belum muncul gejala dan belum menular
2. Periode Prodromal atau Pre-erupsi
Periode ini berlangsung 1-5 hari. Gejala meliputi demam (38,5-40ºC), lemas, nyeri kepala, pembesaran kelenjar getah bening, nyeri otot dan punggung, tidak bertenaga.8 Dapat dijumpai nyeri tenggorokan, batuk, sesak napas, diare, dan nyeri perut.3 Fase ini merupakan fase menular. Pembesaran kelenjar getah bening (diameter 1-4 cm) di maksila, servikal, atau inguinal dapat terjadi sebelum (1-2 hari) ataupun bersamaan dengan muncul ruammelalui kontak dengan lesi kulit atau mukosa pada hewan, terutama ketika kulit terkena gigitan, goresan dari hewan yang terinfeksi.
3. Periode Erupsi atau Eksantema
Periode ini terjadi pada hari ke-1 hingga ke-10 setelah demam, periode ini menular.Lesi mulai muncul di mulut, kemudian menyebar secara sentrifugal ke seluruh badan termasuk wajah, telapak tangan dan kaki. Pada 30?n 20% kasus lesi juga dapat muncul di genital dan konjungtiva
Pemeriksaan yang dapat dilakukan
1. Polymerase Chain Reaction (PCR) PCR
Merupakan modalitas pilihan untuk konfirmasi infeksi virus cacar monyet mengingat akurasi dan sensitivitasnya. Pemeriksaan ini cukup sensitif dan dapat mendeteksi susunan DNA virus secara spesifik.
2. Deteksi Antibodi IgM/IgG Orthopoxvirus
Spesimen diambil dari serum atau plasma. IgM dapat terdeteksi sejak hari ke-5 dari timbulnya lesi, sedangkan IgG terdeteksi minimal 8 hari sejak muncul lesi.Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi adanya riwayat infeksi virus orthopox sekalipun hasil PCR negative
Pengobatan Penyakit Cacar Monyet
Sebenarnya,cacar monyet atau monkeypox adalah jenis penyakit yang bisa sembuh sendiri. Pengobatan yang secara spesifik untuk cacar monyet juga belum ada. Terapi simtomatik adalah antipiretik, antinyeri, nutrisi, dan hidrasi yang baik, serta menjaga kebersihan orofaring dengan berkumur antiseptik/air garam. Penderita cacar monyet harus diisolasi selama fase menular.
Cara pencegahan
Meski cacar monyet bisa sembuh sendiri, ada baiknya Sahabat Nusamed mencegah penyakit ini datang agar rutinitas tidak terganggu karena penyakit ini.
Antivirus diberikan pada orang yang berisiko tinggi terkena infeksi berat atau pada infeksi cacar monyet berat karena ketersediaan obat yang terbatas. Berikut adalah beberapa langkah untuk mencegah infeksi virus monkeypox yang bisa kita lakukan:
- Hindari kontak dengan hewan yang dapat menjadi sarang virus, terutama hewan buas, tikus, primata, hewan yang sakit, atau yang ditemukan mati
- Hindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi. Misalnya dari tempat tidur maupun pakaian yang digunakan penderita
- Batasi konsumsi dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik, maupun daging yang diburu dari hewan liar (bush meat)
- Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Lakukan kebersihan tangan yang baik setelah kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi. Misalnya, mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol.
- Gunakan alat pelindung diri (APD) saat merawat pasien.
Kapan harus ke Dokter ?
Waktu yang tepat untuk pergi ke dokter adalah ketika Sahabat Nusamed mengalami sejumlah gejala awal yang mengarah pada cacar monyet, apalagi jika telah melakukan perjalanan ke wilayah yang terjangkit wabah monkeypox.
Bagi Sahabat Nusamed yang mengalami sejumlah gejala yang mengarah pada cacar monyet, dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit dan kelamin.
Selain itu, untuk anak-anak, sebaiknya tidak melewatkan vaksin cacar air. Virus cacar air dan cacar monyet sendiri saling terkait sehingga vaksin cacar air dapat memberikan perlindungan terhadap cacar monyet.
Terlebih, penelitian memperkirakan lebih dari 70% orang di dunia tidak memiliki imunitas terhadap cacar monyet karena belum mendapatkan vaksin cacar air. Jadi,ingat jangan abaikan, ya!
Bagi Anda yang ingin konsultasi mengenai cacar monyet dan vaksin, bisa buat Janji Temu dengan dokter secara online SiNUSA atau melalui website RS IHC terdekat.
referensi :
Jurnal CDK. https://cdkjournal.com
WHO. Multi-country monkeypox outbreak in non-endemic countries: Updates